Thursday 28 November 2013

20:11


Di tengah persaingan pasar smartphone yang sengit, tak jarang kita temui kampanye negatif yang dilakukan sang pesaing.

Ketakutan (fear), ketidakpastian (uncertainty), dan keraguan (doubt), atau sering disingkat FUD, menjadi taktik pemasaran yang dianggap ampuh.

Untungnya platform yang kompetitif sering didukung oleh pengguna setia yang mau merogoh kocek demi perangkat pujaannya. Selain itu, sebagian dari mereka juga rela menulis review di internet sebagai bentuk perlawanan terhadap rumor. 

Internet menjadi media ampuh untuk menyebarkan berita, termasuk berita palsu, seperti kematian selebritas, gosip, atau mitos. Begitu tersebar di internet, kamu tidak bisa menghentikannya walau ternyata kabar tersebut tidak benar.

Begitu juga untuk platform mobile. Banyak mitos keliru yang dikaitkan dengan Android, dan mitos tersebut terus berkembang. Berikut lima di antaranya, seperti dikutip KompasTekno dari Android Authority:

1. Android itu rumit

Teman-teman saya, kebetulan mereka pengguna iPhone, Symbian, dan Basicphone mengatakan bahwa Android adalah sistem operasi yang penggunaanya rumit, padahal jika kita lihat Android memiliki antarmuka yang simpel dan hanya menampilkan aplikasi saja di App Drawer.

Memang, kebanyakan pemakai Android baru berasal dari feature phone (ponsel dengan kemampuan dasar).Feature phone memiliki ikon yang kaku dan pilihan menunya berlapis-lapis. Tapi berbeda dengan sistem operasi Android yang dibuat agar antarmukanya bisa dijelajahi dengan mudah dan gampang dipelajari.

Dalam setiap versi terbarunya, antarmukanya selalu ditingkatkan. Tidak ada perbedaan penggunaannya dibandingkan dengan platform lain.

Data IDC yang baru-baru ini dikeluarkan menunjukkan pangsa pasar Android mencapai 80 persen. Hal tersebut menunjukkan betapa banyak orang yang bisa dengan cepat mengadopsi Android.

2. Android membutuhkan aplikasi Task Killer

Banyak vendor yang memasang Task Killer dalam bentuk aplikasi di hanheld yang dibuatnya. Aplikasi Task Killer dinilai "dibutuhkan" dalam sebuah sistem operasi Android. Tetapi ada juga yang menilai bahwa Task Killer justru akan membuat boros baterai karena paling banyak bekerja pada background.

Untuk membuktikannya sendiri, coba saja hapus aplikasi Task Killer di perangkat Android kamu, kemudian bandingkan performa dan daya tahan baterainya.

3. Android banyak "malware"

Malware Android memang banyak beredar. Namun, bagi pengguna kebanyakan, Android sangatlah aman. Untuk melindungi Android pun pengguna bisa melakukannya dengan mudah. 

Setiap aplikasi dalam Android akan meminta izin akses dari pengguna dan pengguna bisa memutuskan sendiri apakah ingin menginstal aplikasi tersebut atau tidak.

Jika masih merasa rumit, masih ada alternatif dengan menginstal aplikasi keamanan yang independen. Jangan memasang aplikasi di luar Google Play Store karena kebanyakan malwareberasal dari sumber pihak ketiga. Namun tidak semua aplikasi non-market berbahaya, sebagai tips, pastikan kamu mendownload di developer-developer terpercaya seperti: xda, cyanogen, clockworkmod, theunlokr, dll.

Untuk mengidentifikasi malware, jangan buru-buru melakukan update suatu aplikasi, baca dahulu ulasan, rating, dan lihat jumlah download-nya.

Terakhir, jangan root Android kamu. Bagian terlemah dari Android adalah penggunanya. Jika pengguna mem-bypass lapisan keamanan yang dibuat dalam Android, maka pengguna membahayakan smartphone-nya sendiri. Rooting  android tidak akan merusak HH jika dilakukan dengan benar, karena setiap aplikasi yang membutuhkan akses root pasti kamu akan disodorkan izin akses oleh Superuser/SuperSU.

4. Semua "smartphone" Android sama

Banyak pengguna yang mengatakan semua Android, merek dan model apa pun, itu smartphone yang payah. Saat ditelusuri, mereka ternyata menggunakan smartphone Android dengan spesifikasi rendah dan biasanya dijual murah.

Google telah meningkatkan pengalaman penggunaan Android dan mengoptimalkan layanannya sehingga pengguna tidak butuh hardware canggih untuk menikmati platform ini. 

Sayangnya, kadang vendor smartphone memasang aplikasi tambahan lain, seperti antarmuka buatan mereka sendiri dan pemakai Android memasang bloatware(aplikasi besar), sehingga pekerjaan Google menjadi sia-sia.

Sisi positif dengan tidak adanya batasan dalam Android adalah, pengguna bisa memilih beragam perangkat dan harga yang bervariasi. Namun, sisi negatifnya adalah adanya kecacatan produk. 

Bacalah review banyak-banyak agar kamu bisa memilih smartphone Android yang sesuai dan tidak harus merogok kocek dalam-dalam.

5. Android lebih sering bermasalah dibanding produk kompetitor

Pada saat awal smartphone Android muncul, banyak yang berkata platform ini lambat. Aplikasi milik Android juga dibilang lebih sering crash dibanding platform lain. 

Yang sebenarnya terjadi adalah, tidak seiring sejalannya update antara hardware dan software. Pengembang aplikasi kadang membutuhkan waktu untuk mengoptimalkan aplikasinya tiap kali adaupdate hardware.

Beberapa studi menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Seperti data dari Crittercism yang dimuat majalah Forbes yang mengatakan bahwa aplikasi iOS lebih sering crash dibanding aplikasi Android. Namun, setahun kemudian, ternyata aplikasi iOS 6 lebih baik dibanding yang berjalan dengan Jelly Bean.

Setiap pengguna smartphone pasti pernah mengalami crash. Komplain yang lebih banyak dari Android kemungkinan berasal dari pengguna smartphone murah dengan hardware yangunderpowered, antarmuka yang telah dikustomisasi, serta bloatware yang diinstal. 

Smartphone atau tablet Android yang bagus tidak sering mengalami lag atau crash dibanding perangkat platform lain. Perlu diingat juga bahwa “bagus” belum tentu memiliki spesifikasi terbaik.


0 comments:

Post a Comment

Berkomentarlah dengan bijak. Kami mengubah cara berkomentar di web ini, yaitu dengan captcha yang harus dimasukkan. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini, namun kami hanya menepis SPAM.
Harap maklum. Terimakasih